- Back to Home »
- Kurikulum 2013 »
- Membantu Siswa Memahami Pengetahuan Metakognitif
Posted by : Unknown
Monday, February 3, 2014
Tuntutan
kurikulum 2013 pada tingkat SMA yang memasukkan pengetahuan metakognitif untuk
dikuasai siswa, mendorong saya mencari informasi sebanyak mungkin tentang
pengetahuan ini. Penyebabnya karena pengetahuan ini memang merupakan hal baru
bagi saya walaupun sudah mengajar lebih dari 21 tahun. Banyak dari teman-teman
guru bahkan pengawas pembina sekalipun yang saya tanyai tentang pengetahuan
ini, belum memberikan jawaban yang memuaskan bagi saya. Nah, jika kita sebagai
guru saja tidak paham, bagaimana dengan siswa yang nantinya harus memperoleh pengetahuan ini. Kurikulum
2013 hanya akan menjadi sebuah dokumen yang indah saja tapi tidak dapat dilaksanakan
sehingga tidak bermanfaat.
Setelah saya
menelusuri berbagai sumber di internet, akhirnya saya memperoleh sedikit pencerahan.
Maryellen Weimer (2013) mengemukakan, metakognisi merupakan kemampuan siswa merencanakan,
memantau, dan mengevaluasi keberhasilan belajarnya sendiri. Dalam belajar,
siswa perlu dibekali keterampilan intelektual seperti: berpikir kritis,
analisis, konstruktif dan berargumen. Mereka membutuhkan kemampuan belajar yang
lebih baik seperti kemampuan membaca tingkat tinggi, kemampuan memecahkan
masalah, strategi menjawab ujian yang taktis, kemampuan mempersiapkan, dan
keterampilan merevisi. Mereka juga membutuhkan keterampilan metakognitif.
Bagaimana guru harus mengajarkan segala
sesuatu itu ?
Kimberly Tanner "
( 2012, p. 116 ) mengemukakan, untuk membantu siswa menjadi lebih memahami pengetahuan
metakognitif caraya, membangun budaya kelas yang didasarkan pada metakognisi.
Dengan kata lain, perlu diciptakan iklim kelas yang menghadapkan siswa dengan
diri mereka sebagai peserta didik. Tanner mengusulkan tiga cara supaya
pengetahuan metakognitif itu lebih dipahami siswa.
Pertama, mendorong siswa untuk mengekspresikan
atau mengemukakan kebingungan mereka tentang materi yang belum
dipahami/dikuasai di kelas. Tujuannya, supaya ada masukan jawaban yang benar dan ilmiah
" ( hal. 117 ) . Atau, mendorong siswa untuk bertanya pada diri sendiri
tentang apa yang mereka tidak mengerti dan kemudian mendiskusikannya di kelas atau
online. Cara ini akan memberikan keuntungan kepada siswa sendiri, serta siswa
lain dan guru. Kadang-kadang apa yang siswa gambarkan sebagai hal yang membingungkan
tidak jelas dapat ditangkap oleh guru maupun teman siswa lainnya. Namun kadangkala siswa sering dapat membantu
satu sama lain atau guru, dalam memahami apa yang membingungkan. Dalam kasus
yang sama, siswa dapat didorong untuk saling bertanya tentang apa yang mereka
tidak mengerti, atau guru dapat mengidentifikasi apa yang membingungkan siswa
tentang konsep yang diberikan. Tujuannya, supaya guru dan peserta didik lain dapat
merima kebingungan peserta didik yang bermasalah yang menyatakan , bahwa "
Aku tidak mengerti . " kemudian dapat memberikan bantuan pemecahan masalah
yang dihadapi peserta didik tersebut.
Kedua, menggabungkan nilai refleksi ke nilai
tugas. Dalam hal ini siswa diberi tugas menjawab pertanyaan tentang bacaan yang
ditugaskan atau mengirimkan masalah pekerjaan rumah. Mereka dapat bertanya,
" Apakah ada cara-cara praktis dalam membaca bacaan yang membingungkan ,
menantang , sulit dipahami , atau ide-ide Anda tidak akan pernah
dipertimbangkan sebelumnya ? Masalah pekerjaan rumah yang paling sulit? Apa
yang membuat sulit ? Jika Anda terjebak suatu masalah, tapi akhirnya keluar,
apa yang membantu Anda mendapatkan solusi ? " Selama siswa melakukan upaya
yang baik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, siswa dapat diberi bonus berupa nilai tugas dari guru. Nilai
pertanyaannya adalah merangsang pemikiran metakognitif.
Ketiga, berpikir keras di depan siswa dan berbagi. Bagaimana Anda memulai , bagaimana Anda
memutuskan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu dan kemudian selanjutnya ,
bagaimana Anda memeriksa pekerjaan Anda , dan bagaimana Anda tahu kapan Anda
selesai " ( hal. 118 ) . Dapatkah Anda ingat ketika Anda pertama kali
belajar konsep, Anda mencoba untuk mengajar ? Idenya di sini adalah untuk
berbagi dengan siswa yang bingung .dan bagaimana menemukan cara untuk
memahaminya. Jelas, contoh-contoh berdasarkan isi yang paling relevan , tetapi
guru dapat menunjukkan metakognisi dengan tugas-tugas belajar. Apakah Anda
terjebak pada sesuatu dalam penelitian Anda? Bagaimana Anda mencoba untuk
mencari tahu ? Sumber daya dan rekan apa yang Anda konsultasikan ? Berapa banyak
solusi yang Anda coba sejauh ini namun tidak berhasil ? Seperti .banyak yang
mengajar menulis, berpikir merevisi diperlukan hanya jika Anda tidak bisa
melakukannya dengan benar untuk pertama kalinya. Mereka akan terkejut melihat bahwa
ada sepotong tulisan guru mereka yang telah direvisi dan mengetahui bahwa
perubahannya tidak hanya satu set revisi tapi lima, upaya yang berbeda untuk
membuat tulisan yang lebih baik .
Tanner lebih
lanjut mengungkapkan, untuk dapat belajar lebih aktif dan didengar, guru harus
bekerja keras untuk menghasilkan siswa aktif dan terlibat dalam kelas . Setiap guru harus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar dengan melakukan . Kegiatan harus disertai dengan komponen
metakognitif, yang mengharuskan siswa untuk memproses apa yang mereka lakukan,
mengapa mereka melakukannya, dan apa yang mereka pelajari dari melakukan
tersebut .
Dengan upaya yang
demikian, semoga siswa dapat lebih memahami pengetahuan metakognitif, dan
menerapkannya pada setiap pembelajaran. Jika terutama guru telah memahami betul
pengetahuan metakognitif, kemudian menerapkannya kepada siswa, diharapkan
kurikulum 2013 tidak sekedar mnjadi sebuah dokumen, namun menjadi rohnya
pembelajaran. Sukses Kurikulum 2013. Semoga!
Referensi:
Tanner, K. D. 2012. “Promoting Student Metacognition.” Cell
Biology Education—Life Sciences Education, 11 (Summer): 113–120.
Weimer, Maryellen. 2013. Effective Teaching Strategies